Home > News

Pesantren Ramah Lingkungan: Menyambut Era Baru dengan Tindakan Nyata untuk Bumi yang Lebih Baik

Potensi besar pesantren dalam memimpin gerakan lingkungan berbasis keagamaan di Indonesia.

Jakarta – Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru-baru ini meluncurkan hasil riset yang mencuri perhatian banyak pihak, bertajuk “Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang?” Dalam acara diskusi publik di Grand Sahid Jaya, Jakarta, riset ini mengungkapkan potensi besar pesantren dalam memimpin gerakan lingkungan berbasis keagamaan di Indonesia.

Survei yang melibatkan 361 pesantren di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 74% pesantren sudah memiliki program lingkungan, sebuah langkah nyata yang mengindikasikan pesantren sebagai agen perubahan untuk menyelamatkan bumi. Menariknya, Indonesia yang memiliki lebih dari 42.000 pesantren dengan 4,6 juta santri, dapat menjadi basis kuat untuk transformasi ekologis yang luas.

Menyatukan Keimanan dan Aksi untuk Lingkungan: Dalam diskusi tersebut, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, menegaskan bahwa pesantren kini tidak hanya berhenti pada diskusi wacana tentang lingkungan, tetapi juga telah bergerak menuju aksi nyata. Beberapa inovasi yang dicontohkan antara lain program wakaf mata air, pengelolaan sampah, hingga konsep sedekah sampah dan sedekah oksigen. “Ini bukan hanya sekadar ajakan, tetapi sebuah gerakan terstruktur yang menyatukan prinsip agama dengan upaya konservasi alam,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kemenag RI juga berperan aktif dalam integrasi agama dan sains dalam upaya menjaga kelestarian alam. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Basnang Said, menegaskan pentingnya program ekoteologi yang mengajarkan hubungan yang lebih erat antara manusia dengan alam. “Shalat memerlukan air suci, dan air berasal dari alam. Jika alam rusak, maka hubungan kita dengan Allah dan sesama pun terganggu,” jelasnya.

Pendidikan Lingkungan di Pesantren: Langkah Awal Menuju Masa Depan yang Hijau: Pentingnya pendidikan formal dalam mengajarkan kesadaran lingkungan juga diungkapkan dalam riset ini. Pesantren yang memiliki sekolah formal cenderung lebih berhasil dalam mengintegrasikan program lingkungan. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan agama yang dikombinasikan dengan sains dapat menciptakan santri yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap alam. “Santri di pesantren dengan program lingkungan memiliki perilaku ramah lingkungan 23% lebih baik dibandingkan dengan pesantren yang tidak memiliki program lingkungan,” ungkap Koordinator Riset Iim Halimatusa’diyah.

Namun, tantangan masih ada. Hanya sekitar 15% pesantren yang memiliki mata pelajaran khusus lingkungan. Untuk itu, pembentukan ekstrakurikuler berbasis lingkungan dan penguatan kapasitas SDM menjadi salah satu rekomendasi penting dalam riset ini.

Pesantren Sebagai Garda Terdepan Menanggapi Krisis Global: Krisis lingkungan global, termasuk perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, menjadi sorotan dalam acara ini. Deputi Bappenas, Amich Alhumami, menyatakan bahwa pesantren ramah lingkungan adalah respons lokal yang dapat memberikan dampak signifikan bagi tantangan global. Di sisi lain, Ketua PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, menegaskan pentingnya dukungan UU Pesantren sebagai fondasi yang kuat dalam pemberdayaan pesantren terkait isu lingkungan.

Riri Khariroh dari NU Care LAZISNU menambahkan bahwa penguatan program gerakan hijau melalui ekstrakurikuler di pesantren sangat penting untuk memperkuat internalisasi nilai-nilai keberlanjutan.

Rekomendasi untuk Masa Depan: Kolaborasi untuk Bumi Melihat potensi besar ini, PPIM UIN Jakarta memberikan beberapa rekomendasi strategis:

  1. Penguatan kapasitas SDM pesantren melalui pelatihan dan ekstrakurikuler berbasis lingkungan.
  2. Kemandirian ekonomi pesantren melalui usaha hijau seperti pertanian organik dan energi terbarukan.
  3. Kolaborasi pesantren dengan pemerintah dan sektor swasta dalam pendanaan serta teknologi.
  4. Integrasi ekoteologi dalam kurikulum dan kebijakan pesantren.
  5. Pembentukan divisi khusus lingkungan di struktur pesantren untuk memastikan keberlanjutan program.

Pesantren Ramah Lingkungan bukan hanya gerakan moral, tetapi juga aksi konkret yang menghubungkan iman dengan kepedulian terhadap bumi. Ini adalah contoh nyata bahwa agama dan sains bisa berjalan berdampingan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Sebagai garda terdepan dalam menghadapi krisis ekologis, pesantren memiliki peran vital dalam mendidik santri untuk menjadi agen perubahan bagi bumi.

× Image